Dunia Fira
'Berbagai Karya Tulisanku Ku Persembahkan Yang Terbaik'

Kamis, 27 Januari 2011

Kembali ke Index Topik Pilihan PEMBAGIAN BUKU SBY Buku SBY dan Peliknya Persoalan Buku

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembagian buku-buku tentang sosok, pemikiran, dan kiprah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan dana alokasi khusus pendidikan dinilai tidak mendahulukan prioritas utama pendidikan. Pembagian buku tersebut dinilai telah menyakiti hati orangtua murid yang selama ini merasakan bahwa persoalan buku masih merupakan persoalan pelik karena harus dibeli dengan uang.

Demikian ditegaskan Ade Irawan, Koordinator Divisi Monitoring Indonesia Corruption Watch (ICW) di Jakarta, Kamis (27/1/2011), menyikapi penggunaan dana alokasi khusus (DAK) buku SMP di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, untuk membagi-bagikan buku tentang SBY tersebut.


Ade mengatakan, uang dari DAK semestinya bertujuan untuk semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun.

"Ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, ini jelas lebih pada persoalan politik. Kedua, potensi korupsinya. Dari sini sudah terlihat jelas bahwa pendidikan kita masih dijadikan alat kepentingan politik. Mau dibantah bagimanapun, acara bagi-bagi buku ini untuk kepentingan politik. Tinggal nanti, siapa yang harus tanggung jawab," kata Ade kepadaKompas.com.

Sebelumnya diberitakan, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menyatakan tidak akan menarik buku-buku tentang sosok, pemikiran, dan kiprah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari sekolah. Hal itu karena buku-buku tentang SBY dinilai telah sesuai dengan spesifikasi pemerintah.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal Edy Pramono mengatakan hal itu saat pertemuan dengan Dewan Pendidikan dan Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, Rabu (26/1/2011).

Menurut Edy, spesifikasi pengadaan buku DAK untuk SMP memang tidak menyebut judul buku. Buku-buku SBY bisa masuk ke sekolah karena telah lolos penilaian Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.


Selasa, 11 Januari 2011

Karma Diantara Ibu Part 1

Mentari pagi sudah terbit. Hari ini terasa galau yang sangat mendera, terasa beda dari biasanya. Rumah ini terasa bergoyang tak beraturan, Tia tercemburut tiada arah melintang.

“Tiaaaa, bantuin ibu angkatin pakaian” sahut Ibu

“Eh nenek tua, gua lagi gendong anak gua lu engga lihat ya?” sambung Tia

“Lu jadi anak durhaka banget ya, jangan belagu deh lu!!!” kata Ibu

“BODO!!! Rasanya gua pengen ngontrak rumah biar bebas dari lu!!!” timpal Tia

Ibu hanya termenung sambil meneteskan air mata. Dalam hati ibu yang mendalam “Ya Allah kenapa putri kesayanganku bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyayat hatiku. Berilah kesadaran ya allah”.

Tia menatap ibu dengan tatapan sinis. Dia berbicara ke anaknya “Nak, lihatlah nenekmu, lagi gila ya menangis sendirian haha”. Tia berjalan menuju keluar rumah, Yati menatap Tia.

“Lu kenapa ngelihatin gua sinis banget?” sahut Tia

“Oh, gapapa” timpal Yati

“Jagain anak gua dulu ya si Keenan” sambung Tia

“Ogah banget, emang lu siapa gua!!!” kata Yati

“Baru jadi pembantu belagu banget lu!!!” timpal Tia

Yati terdiam sejenak, perkataan yang Tia tadi ucapkan sungguh membuat hati Yati merenduh kesakitan. Tubuh Yati lemas seperti tiada daya, sambil mengusap keringat yang melumuri tubuhnya.

Ibu keluar dari rumah menuju ke dapur pribadi. Perasaan hari ini sungguh menyayat hati.

“Wi, lu kenapa?” ucap Ike

“Gapapa” timpal Wiwik

Sambil menggoreng lauk-pauk untuk makan malam, Tia langsung marah-marah kepada Ibu.

“Eh nenek tua, kok goreng tahunya sedikit banget” ucap Tia

“Kalau mau goreng lagi lah” sambung Ibu

“Lu pikun banget sih, anak lu cuman Rieke, Rieke, dan Rieke ya pantesan!!!” sambung Tia

Ibu hanya bisa terdiam sejenak, dia terasa ingin meluapakan amarahnya. Namun dia beusaha untuk sabar dan menahan rintihan ini. Tia langsung mengambil air dan meyiram ke tubuh Ibunya.

“Eh anak kurang ajar durhaka banget” ucap Ibu

“Nenek tua gua sudah engga sudi banget tinggal sama lu!!” sambung Tia

“Brengsek banget lu ya!!! Gua tahu gua emang nenek tua harusnya lu bisa jadi anak yang baik!!!” kata Ibu

“BODO BIARIN AJA!!!” timpal Tia

Di dapur terjadi sebuah keributan besar, semua tetangga berusaha melerai antara Ibu dan Tia. Tiba-tiba Rizal datang langsung melihat Tia dengan tatapan serius. Tia langsung mengejar Rizal “EH ANAK GILA NGAPAIN SIH LU NGELIHATIN GUA!!!”, sambil berkejaran dengan bercucuran keringat. Tiba di rumah Rizal Tia langsung memberi tahukan kepada Ibunya Rizal “Umi Rizal nakal”.

Semua tetangga menatap heran dan terkejut sambil menggelengkan kepala. Ibunya Rizal keluar dengan muka hampa dan lemas. Para tetangga langsung pergi dari tempat kejadian dan berjalan santai menikmati indahnya sore hari. Tia langsung berlari menuju kerumah sembari menahan rasa malu yang menderanya.

Masalah ini tersebar hingga seluruh tetangga tahu. Para tetangga sungguh takut ketika harus bertatapan langsung dengan Tia. Dalam lubuk hati Tia “Yes tetangga pada takut sama gua, biar pada tahu rasa engga menyepelekan gua lagi”. Pak Tio datang kerumah, untuk mengurus KTP barunya.

“Tia, ada Ibu engga?” ucap Pak Tio

Ada apa ya?” sambung Tia

“Saya mau mengurus KTP baru” timpal Pak Tio

“Oh maaf Ibu lagi engga ada, lagi keluar deh”

Padahal Ibu ada di rumah, tapi Tia membohongi Pak Tio. Pak Tio sebenarnya sudah curiga antara Ibu dan Tia, lalu Pak Tio menanyakan kepada tetangga disekitar rumah Ibu.

“Bu Darra saya mau tanya, Bu RT emang engga ada dirumah ya?” sahut Pak Tio

Ada di rumah Pak” sambung Bu Darra

“Tapi kata Tia engga ada di rumah?” sambung Pak Tio

“Bohong itu pak, Bu RT sama Tia lagi marahan pak” kata Bu Darra

“Oh makasih ya Bu” timpal Pak Tio

Emosi Pak Tio langsung membludak tanpa arah melintang. Pak Tio sungguh kesal karena sudah dibohongi.

Hari sudah malam, Tia mentimang-timang Keenan dengan rasa penuh kasih sayang. Sambil menunggu bapak pulang, dia menyiapkan lauk-pauk untuk makan malam. Ketika menuju ke kamar, perasaaan Tia sungguh kaget karena Keenan gelinding kebawah. "HAH Keenan anakku!!", perasaan Tia sungguh kaget hingga jantung berdetak-detak tiada arah melintang. Dia berusaha menenangkan Keenan supaya tidak menangis lagi.

"Aku sangat bodoh sekali!!! kenapa hal ini bisa terjadi, untung Keenanku sayang tidak kenapa-kenapa" ucap Tia dalam hati.